Wednesday 4 May 2016

makalah manajement terpadu



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang Masalah

            Tuntutan akan lulusan lembaga pendidikan yang bermutu semakin mendesak karena semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja. Salah satu implikasi globalisasi dalam pendidikan yaitu adanya deregulasi yang membuka peluang lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi asing) membuka sekolahnya di Indonesia. Oleh karena itu persaingan di pasar kerja akan semakin berat.

            Mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang semakin besar dan kompleks, tiada jalan lain bagi pemerintah dalam fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan di bidang pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan untuk mengupayakan segala cara untuk meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik lainnya, yang antara lain dicapai melalui peningkatan mutu pendidikan. Tata Administrasi Negara (TAN) dan Tata Laksana Pemerintahan (TLP) dalam bidang pendidikan harus dapat menyesuaikan dan menjawab tantangan tersebut.
            Banyak konsep diciptakan negara maju baik di bidang ekonomi, politik, demokrasi, perlindungan HAM, pengelolaan Iingkungan hidup sampai pada konsep good governanceterkait dengan peningkatan mutu. Salah satu di antaranya dapat kita kaitkan bagaimana hubungan antara peningkatan mutu dengan praktek good gavernance.
            Secara sederhana, banyak pihak menerjemahkangovernance sebagai Tata Pemerintahan. Tata pemerintahan disini bukan hanya dalam pengertian struktur dan manajemen lembaga yang disebut eksekutif, karena pemerintah (government) hanyalah salah satu dari tiga aktor besar yang membentuk lembaga yang disebut governance. Dua aktor lain adalah private sektor (sektor swasta) dan civil society(masyarakat madani). Karenanya memahami governanceadalah memahami bagaimana integrasi peran antara pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan  civil society dalam suatu aturan main yang disepakati bersama. Lembaga pemerintah harus mampu menciptakan lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hukum dan keamanan yang kondusif. Sektor swasta berperan aktif dalam menumbuhkan kegiatan perekonomian yang akan memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan, sedangkan civil society harus mampu berinteraksi secara aktif dengan berbagai macam aktifitas perekonomian, sosial dan politik termasuk bagaimana melakukan kontrol terhadap jalannya aktifitas-aktifitas tersebut.
            Ada tiga pilar utama yang mendukung kemampuan suatu bangsa dalam melaksanakan good governance, yakni: Negara/pemerintah (the state), masyarakat adab, masyarakat madani, masyarakat sipil (civil society), dan pasar atau dunia usaha. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab baru tercapai bila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi dan administrasi ketiga unsur tersebut memiliki jaringan dan interaksi yang setara dan sinerjik. Interaksi dan kemitraan seperti itu biasanya baru dapat berkembang subur bila ada kepercayaan (trust), transparansi, partisipasi, serta tata aturan yang jelas dan pasti, Good governance yang sehat juga akan berkembang sehat dibawah kepemimpinan yang berwibawa dan memiliki visi yang jelas.
            Dalam hal ini manajemen mutu terpadu dalam kaitannya dengan penyelenggaraan good governance bisa ditempatkan sebagai metodologi atau teknik manajemen untuk mencapai tujuan peningkatan mutu itu sendiri.




1.2. Tujuan
1.      Mengetahui pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
2.      Memahami Konsep Mutu.
3.      Mengetahui Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
4.      Memahami Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
5.      Mengetahui Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu.
6.      Mengetahui Komponen Penting Dalam Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
7.      Memahami Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.
8.      Mengetahui Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu


1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka masalah pokok yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1.      Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
2.      Konsep Mutu.
3.      Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
4.      Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
5.      Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu.
6.      Komponen Penting Dalam Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
7.      Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.
8.      Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.


1.4. Manfaat

·         Bagi masyarakat atau khususnya guru ataupun yang berperan dalam bidang pendidikan ini sangat pentingnya untuknya karena dengan adanya pengenalan manaejemen mutu terpadu ini bias menambah keahlian dalam bidang pendidikan dengan manajemen yang terorganisir dengan baik dan adanya sinkronisasi antara peran pemerintah dan orang yang terhubung dalam bidang pendidikan ini
·         Bagi Pemerintahnya sangat merasakan betapa pentingnya manajemen terpadu ini dalam bidang pendidikan karena peran pemerintah dalam hal ini sangat penting untuk mengatur bagaiman jalannya manajemen dalam bidang pendidikan supaya bias lebih baik ke depannya dalam mengaplikasikan di kehidupan pendidikan di sekolah.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1.            Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk pengembangan secara terus menerus (continuousimprovement) terhadap jasa atau produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Sistem pengembangan secara terus menerus dan kepuasan pelanggan merupakan kalimat yang selalu ada dalam setiap definisi yang dikemukakan pakar terhadap MMT.

2.2.            Konsep Mutu
            Mutu merupakan gagasan dinamis yang sulit untuk dapat disamakan. Di suatu sisi mutu data dipahami sebagai konsep absolut dan pada sisi lain dapat dipahami sebagai konsep yang bersifat relatif.

2.2.1.         Konsep Absolut
Mutu sebagai konsep absolut memungkinkan kepala sekolah untuk merumuskan standar maksimal, yang pada kenyataannya akan sulit untuk direalisasikan. Dalam pemahaman seperti ini, kepala sekolah akan berpikir bahwa sekolah yang dipimpin harus selalu menjadi sekolah unggulan baik bertaraf nasional maupun internasional. Mutu akan menjadi simbol status bagi konsumen internal maupun konsumen eksternal, sehingga stakeholder/pemilik akan merasa bangga dan  merasa puas, khususnya bagi orang tua peserta didik.

2.2.2.         Konsep Relatif
Mutu sebagai konsep relatif, sangat mengikuti keinginan konsumen. Mutu ditentukan oleh spesifikasi standar yang telah ditetapkan dan selalu disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Mutu pada kondisi sekarang belum tentu menjadi ukuran mutu dimasa yang akan  datang. Kepala sekolah harus bisa merancang kebutuhan masa depan dengan visi dan misi sekolah yang menantang. Untuk itu sekolah harus merumuskan program-programnya terlebih dahulu dengan kejelasan target yang akan dicapai.

2.3.            Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
            Menurut Dean sebagaimana dikutip oleh Ali Djamhuri (2001:8) prinsip umum Manajemen Mutu Terpadu meliputi:
1.      Organisai yang memfokuskan pada ketercapaian kepuasan suatu subjek (Customer Focus Organization)  dimana subjek tersebut meliputi peserta didik dalam suatu sekolah.
            Organisasi dalam hal ini manajemen harus dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya organisasi dan sistem yang ada untuk menciptakan aktivitas terhadap tercapainya kepuasan pelanggan. Tercapainya kepuasan pelanggan meliputi seluruh stakeholders, baik yang berada didalam organisasi maupun di luar organisasi.
2.      Kepemimpinan (Leadership)
            Kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi pihak lain untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karenanya pemimpin harus memiliki visi dan misi yang jelas, sehingga keduanya dapat dituangkan dalam kebijakan yang akan diambil.
3.      Keterlibatan seluruh partisipan organisasi (People Organization)
            Seluruh komponen di dalam suatu organisasi harus dilibatkan. Artinya seluruh sitivitas organisasi harus selalu berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Perbaikan bukan hanya dari pihak kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, tetapi semua sivitas sekolah harus memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan. Dengan kata lain semua sivitas sekolah harus dilibatkan dalam upaya memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para peserta didik.
4.      Pendekatan yang menekankan pada perbaikan proses (Process Approach)
            Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan MMT berasumsi bahwa output akhir suatu organisasi tidak semata-mata dilihat secara parsial, tetapi suatu proses yang panjang. Proses tersebut dilakukan secara sadar oleh setiap individu. Kegiatan tersebut juga dilakukan saling terkait satu dengan lainnya sehingga menghasilkanoutput organisasi. Jelasnya tamatan atau lulusan bukan semata-mata produk tenaga akademik, atau karyawan sajak, tetapi menyangkut proses yang melibatkan tenaga akademik, karyawan, kepala sekolah, murid, orang tua, pemerintah, dunia usaha, dan  masyarakat luas, yang tentu saja proporsinya berbeda satu sama lainnya.
5.      Penerapan manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem (System Approach)
            Dalam konteks organisasi, upaya menyempurnakan proses tertentu harus dikaitkan dengan proses lainnya. Oleh karena pihak-pihak yang terkait dengan proses tersebut merupakan tangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Tuntutan peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan oleh tenaga pengajar semata, tetapi harus pula melibatkan aspek ketatausahaan, kepemimpinan, fassilitas, dan penciptaan organisasi yang optimal atau mendukung.
6.       Langkah perbaikan yang dilakukan secara terus menerus(Continual Improvement atau Kaizen)
            Inti perbaikan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan adalah adanya human resources empowermentbaik bagi tenaga edukatif maupun administratif. Realitas menunjukkan belum seluruhnya pemimpin organisasi menyadari arti pentingnya pemberdayaan tenaga akademik dan administratif. Para pimpinan sering lebih mementingkan pengembangan fasilitas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya anggaran pendidikan dan pelatihan untuk kedua tenaga tersebut setidak-tidaknya kurang berimbang dibandingkan dengan anggaran pembangunan fisik.
7.      Penerapan pengembilan keputusan didasarkan fakta (Factual Apprecision Making)
            Manajemen Mutu Terpadu-MMT berdasarkan pada kepuasan peserta didik. Oleh karenanya maka orientasi MMT harus mendasarkan pada fakta yang diinginkan oleh peserta didik. Pada sisi lain kepuasan berkaitan dengan kualitas. Implikasinya kualitas kepuasan tersebut harus dapat diukur dan dapat dilakukan monitoring setiap saat. Dengan demikian, pemimpin organisasi harus dapat menciptakan dan mengembangkan alat ukur sebagai keberhasilan suatu lembaga.

2.4.            Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu
1. Melakukan sosialisasi

Dengan cara sebagai berikut:
Baca dan pahami sistem, budaya dan sumber daya yang ada disekolah.
Identifikasi sistem, budaya dan sumber daya yang perlu diperkuat dan perlu diubah.
Buatlah komitmen secara rinci.
Bekerjalah dengan semua unsur sekolah untuk mengklarifikasi visi, misi, tujuan, sasaran, rencana dan program-program.
Hadapi status quo terhadap perubahan
Garis bawahi prioritas sasaran, budaya dan sumber daya yang belum ada sekarang.
Pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana, dan program-program
Mengidentifikasi tantangan nyata di sekolah.
Tantangan adalah selisih antara ketidak sesuaian antara output sekolah saat ini dan output sekolah yang diharapkan dimasa yang akan datang. Tantangan terdiri dari tantangan kualitas dan tantangan efektivitas.
Contoh tantangan kualitas: rata-rata output sekolah saat ini NEM-nya adalah 6,2 dan output sekolah yang diharapkan dimasa datang adalah 7,5 maka besarnya tantangan adalah 7,5-6,5=1,0.
Contoh tantangan efektivitas: dari 300 siswa yang ikut UNAS yang lulus 270 siswa, sehingga tantangannya adalah 30 siswa atau 10%.
2.4.1  Strategi pelaksanaan MMT di tingkat sekolah
Dalam rangka mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah  ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :
1.      Penyusunan basis data dan profil sekolah  lebih presentatif, akurat, valid dan secara sistimatis menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
2.      Melakukan evaluasi diri (self assesment) untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya.
3.      Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
4.      Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek (tahunan termasuk anggarannnya). Program tersebut memuat sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan dan harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan datang. Perencanaan program sekolah ini harus mencakup indikator atau target mutu apa yang akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan mutu pendidikan (misalnya kenaikan NEM rata-rata dalam prosentase tertentu, perolehan prestasi dalam bidang keterampilan, olah raga, dsb). Program sekolah yang disusun bersama-sama antara sekolah, orang tua dan masyarakat ini sifatnya unik dan dimungkinkan berbeda antara satu sekolah dan sekolah lainnya sesuai dengan pelayanan mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Karena fokus kita dalam mengimplementasian konsep manajemen ini adalah mutu siswa, maka program yang disusun harus mendukung pengembangan kurikulum dengan memperhatikan kurikulum nasional yang telah ditetapkan, langkah untuk menyampaikannya di dalam proses pembelajaran dan siapa yang akan menyampaikannya.
5.      Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah kondisi alamiah total sumber daya yang tersedia dan prioritas untuk melaksankan program. Oleh karena itu, sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa program tertentu lebih penting dari program lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar. Kondisi ini mendorong sekolah  untuk menentukan skala prioritas dalam melaksanakan program tersebut. Seringkali prioritas ini dikaitkan dengan pengadaan peralatan bukan kepada output pembelajaran. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen tersebut sekolah harus membuat skala prioritas yang mengacu kepada program-program pembelajaran bagi siswa. Sementara persetujuan dari proses pendanaan harus bukan semata-mata berdasarkan pertimbangan keuangan melainkan harus merefleksikan kebijakan dan prioritas tersebut. Anggaran harus jelas terkait dengan program yang mendukung pencapaian target mutu. Hal ini memungkinkan terjadinya perubahan pada perencanaan sebelum sejumlah program dan pendanaan disetujui atau ditetapkan.
6.      Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu tahun program sekolah, oleh karena itu sekolah  harus membuat strategi perencanaan dan pengembangan jangka panjang melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan jangka panjang ini dapat dinyatakan sebagai strategi pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi tujuan esensial, yaitu :
(i) mampu mengidentifikasi perubahan pokok di sekolah sebagai hasil dari kontribusi berbagai program sekolah dalam periode satu tahun, dan
(ii) keberadaan dan kondisi natural dari strategi perencanaan tersebut harus menyakinkan guru dan staf lain yang berkepentingan (yang seringkali merasakan tertekan karena perubahan tersebut dirasakan harus melaksanakan total dan segera) bahwa walaupun perubahan besar diperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang representatif untuk melaksanakannya, sementara urutan dan logika pengembangan juga telah disesuaikan.
Aspek penting dari strategi perencanaan ini adalah program dapat dikaji ulang untuk setiap periode tertentu dan perubahan mungkin saja dilakukan untuk penyesuaian program di dalam kerangka acuan perencanaan dan waktunya.
7.      Melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan sejauh mana pencapaiannya. Karena fokus kita adalah mutu siswa, maka kegiatan monitoring dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan tujuan dan kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah untuk meneliti efektifitas dan efisiensi dari program sekolah dan kebijakan yang terkait dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Seringkali evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan informasi lain yang akan dipergunakan untuk pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan dan pelaksanaan program di masa mendatang. Demikian aktifitas tersebut terus menerus dilakukan sehingga merupakan suatu proses peningkatan mutu yang berkelanjutan.

2.5.            Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

            Jim Clemer sebagaimana dikutip oleh Djamhuri (2001), merinci kendala dalam menerapkan Manajemen Mutu Terpadu adalah:

§      Lemahnya kepemimpinan dan delegasi wewenang manajemen
            Manajemen  Mutu Terpadu akan berjalan sesuai dengan sasaran yang diinginkan jika pemimpin memiliki komitmen terhadap keterlibatan semua pihak. Artinya Manajemen Mutu Terpadu tidak akan berhasil manakala hanya diserahkan kepada tim tertentu yang ditunjuk oleh pimpinan, sementara pimpinan langsung menyerahkan program Manajemen Mutu Terpadu tersebut kepada tim yang ditunjuk. Dengan demikian pimpinan dapat mensosialisasikan perbaikan mutu yang dilakukan oleh pimpinan.

§      Proses pengaturan yang tidak memadai
            ProgramManajemen Mutu Terpadu harus mengilhami seluruh kegiatan. Bagi sekolah, maka seluruh kegiatan akademik (proses belajar mengajar) harus memperoleh perhatian dalam meningkatkan kualitasnya.

§      Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan
            Lembaga atau oragnisasi termasuk sekolah amat sulit untuk mengetahui adanya peningkatan kualitas pelayanan di lembaganya, manakala tidak memiliki data dasar. Oleh karena itu setiap lembaga harus memiliki data dasar dan tolok ukur yang dicanangkan oleh lembaga yang bersangkutan.

2.5.1  Hambatan dalam peningkatan kualitas
Hal penting yang perlu diperhatian dalam mengimplementasikan MMT adalah hambatan- hambatan yang mungkin akan ditemui. Menurut Deming, ada “tujuh penyakit yang mematikan” sebagai hambatan dalam peningkatan kualitas, empat yang paling mematikan yaitu:
1. Kurang konstannya tujuan, sehingga organisasi terhambat untuk mengadopsi kualitas
sebagai manajemen;
2. adanya pemikiran jangka pendek;
3. adanya evaluasi individual yang hanya dilakukan melalui skala pertimbangan atau
laporan tahunan; dan
4. adanya ‘Job Hope’ (mengharapkan jabatan).
Deming juga mengutarakan penyebab gagalnya kualitas dalam pendidikan disebabkan oleh sumber-sumber pendidikan itu sendiri, termasuk design kurikulum, gedung sekolah yang kurang terawat, lingkungan kerja yang buruk, system dan prosedur yang tidak sesuai, penjadwalan yang tidak memadai, kurangnya sumber-sumber yang penting dan pengembangan staf yang tidak memadai.
Kegagalan MMT dapat juga diakibatkan oleh usaha pelaksanaan yang setengah hati dan harapan-harapan yang tidak realistis, ada pula beberapa kesalahan yang secara umum dilakukan pada saat organisasi memulai inisitaif perbaikan kualitas.

2.6        Komponen Penting Dalam Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu
1.    Peningkatan Pengembangan Profesionalisme Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
            Profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu syarat utama dalam keberhasilan pengembangan manajemen mutu. Salah satu alasan mengapa peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan itu sangat penting, dipengaruhi oleh kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Sebagai seorang professional, diharapkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dapat memahami dan mengantisipasi kemajuan teknologi dalam proses kegiatan pendidikan terutama pembelajaran di kelas.
Peningkatan kemampuan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dapat dilakukan melalui:
Mengikutseratakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada pelatihan yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Sekolah perlu menyediakan buku atau referensi
Mendorong dan menfasilitasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk melakukan tutorial sebaya misalnya melalui kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru), mengikuti program penyetaraan atau program pelatihan terakreditasi.
Mengirimkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan ke luar negeri sesuai dengan tawaran yang diberikan oleh negara-negara donor.
Melakukan lomba karya ilmiah
Melakukan pengakuan dan penghargaan kepada yang berprestasi, kreatif atau yang berhasil menemukan sesuatu di bidang pendidikan.
Mengadakan pertemuan berkala antar guru mata pelajaran sejenis antar sekolah.
            Pemberdayaan dan akuntabilitas guru dan administrator adalah syarat penting dalam MMT. Guru-guru memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan dengan berpartisipasi dalam perencanaan, pengembangan, monitoring, dan meningkatkan program pengajaran di sekolah. Dalam MMT peran guru adalah sebagai rekan kerja, pengambilan keputusan dan pengimplementasi program pengajaran.
            Agar para guru memiliki peran yang lebih besar dalam pengelolaan sekolah maka perlu dilakukan pemberdayaan pengetahuan secara terpadu yang dimilki oleh guru. Terdapat dua jenis pengetahuan yang penting untuk dimilki para guru. Pertama, pengetahuan yang berkaitan dengan tanggung jawab partisipan sekolah di dalam kerangka manajemen mutu, seperti pengetahuan tentang cara mengorganisasi pertemuan-pertemuan, cara meraih konsesus, dan bagaimana cara membuat anggraran. Kedua, berkaitan dengan pengajaran dan perubahan-perubahan program sekolah, diantaranya mencakup pengetahuan tentang pengajaran, pembelajaran, dan kurikulum.
2.      Menggali Sumber Dana
            Sumber dana utama keuangan sekolah adalah pemerintah, orang tua, dan  masyarakat. Sekolah juga dapat mencari dana atau bantuan melalui berbagai cara selain melalui iuran BP3, misalnya melalui penyewaan fasilitas, pembayaran peserta didik, bantuan yayasan, dan gerakan pengumpulan dana.
            Beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam rangka usaha pengumpulan dana melalui: gerakan mencari donator, pengumpulan dana kecil-kecilan, beli barang untuk dijual, penjualan hasil produksi sekolah, penjualan jasa, jasa periklanan, penyewaan fasilitas sekolah, an menfassilitasi tempat penyelenggaraan kompetensi.
3.      Kepemimpinan dalam MMT
            Kepemimpinan MMT merupakan suatu hal yang sangat terkait dengan manajemen berbasis sekolah. kepemimpinan berkaitan dengan sekolah-sekolah dalm meningkatkan kesempatan mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dan staf administrasi dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh rasa pertimbangan. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok untuk mewujudkan tujuan organisasi.
            Kepala sekolah merupakan moto penggerak, penentu arah kebijakan sekolah dalam mewujudkan tujuan sekolah, kepala sekolah senantiasa dituntut untuk meningkatkan efektivitas kinerja. Kinerja kepemimpina kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen mutu adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan manajemen mutu di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam manajemen mutu memiliki kriteria sebagai berikut:
            Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
            Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
            Mampu menjalani hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat
    melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah.
            Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan
    guru dan pegawai lain di sekolah.
            Bekerja dengan tim manajemen.
            Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang
    telah ditetapkan.

4.      Proses pengambilan keputusan
            Pengambilan keputusan adalah seperangkat langkah yang diambil individu atau kelompok dalam memecahkan masalah, atau proses memilih di antara alternative-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
            Proses pengambilan keputusan yang rasional melalui enam langkah yaitu: menetapkan  masalah, mengidentifikasi kriteria, mengembangkan alternatif, mengevaluasi alternative, dan memilih alternative terbaik.
Adapun langkah-langkah pemecahan maslah dan pengambilan keputusan adalah:
Mengidentifikasi masalah dan menentukan penyebabnya
Mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan memilih yang terbaik
Melaksanakan keputusan dan menindaklanjutinya
Monitoring dan evaluasi
            Monitoring merupakan sesuatu kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi atau memantau proses dan perkembangan pelaksanaan program pendidikan. Melalui monitoring akan dapat diketahui apakah pelaksanaan program pendidikan berjalan sesuai yang direncanakan, apa saja hambatan yang terjadi, dan bagaimana mengatasi masalah yang terjadi. Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan informasi yang umumnya diperoleh melalui pengukuran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program.

2.7            Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu

            Evaluasi dalam Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM) adalah sistem evaluasi yang dirancang, dikembangkan, dan diselenggarakan secara komprehensif dan berkelanjutan, dengan secara optimal memanfaatkan sumber daya sekolah guna meningkatkan dan menjamin mutu keluaran, proses penyelenggaraan dan masukan sekolah.

            Penyelenggaraan evaluasi manajemen berbasis sekolah misalnya, diharapkan akan dapat diperoleh informasi yang akurat tentang efektivitas pembelajaran, untuk digunakan dalam membuat keputusan-keputusan menyangkut siswa, memberikan umpan balik kepada siswa mengenai kemajuan belajar, kelemahan, dan keunggulannya, menentukan kesesuaian kurikulum, serta memberikan informasi untuk pembuatan kebijakan. Pelaksanaan evaluasi manajemen mutu berbasis sekolah merupakan upaya untuk mengoptimalkan penyelenggaraan proses belajar mengajar, dalam meningkatkan fungsi dan manfaat evalusi secara optimal.

            Melalui evaluasi Manajemen Mutu terpadu yang dilakukan secara berkelanjutan memungkinkan diketahuinya secara akurat mengenai kondisi setiap komponen pendidikan di sekolah, meliputi guru, peserta didik, dan kepala sekolah, fasilitas sekolah, keberhasilan dan kendala sekolah serta komponen-komponen lainnya. Dengan keadaan demikian, keberhasilan dan kendala sekolah dalam menyelenggarakan program pendidikan secara berkala dapat diketahui dan digunakan sebagai umpan balik untuk melakukan penyempurnaan-penyempurnaan.






2.8            Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu

Adapun karakteristik dalam evaluasi dalam manajemen mutu terpadu yaitu:
1.    Evaluasi bersifat komprehensif antara lain mencakup semua ranah hasil pendidikan (kognitif, afektif, psikomotor) secara proporsional.
2.    Evaluasi dilakukan secara terpadu dengan kegiatan PBM dan berkelanjutan, dapat membantu baik siswa maupun guru dalam menilai kesiapan belajar, memantau kemajuan belajar, mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar dan menilai keberhasilan proses belajar mengajar.
3.    Evaluasi dikelola sekolah secara professional dan terpadu dengan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
4.    Kewenangan dan tanggung jawab sekolah yang bertanggung jawab memanfaatkan semua sumber daya sekolah untuk menyelenggarakan evaluasi secara sistematis untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.
5.    Berpusat pada siswa yaitu mengamati kegiatan dan kemajuan belajar siswa serta membantu siswa untuk menguasai substansi pelajaran.
6.    Otonomi guru, memiliki kewenangan penuh untuk merancang dan melaksanakan evaluasi juga memiliki etika dan tanggung jawab.
7.    Konstektual sesuai dengan karakteristik substansi pelajaran, guru, dan siswa.         

2.9   Tingkat Keberhasilan MMT
               Menurut Hadari Nawawi (2005 : 47), bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut :
1.   Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
2.   Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang.
3.   Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat
4.   Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab – sebabnya.
5.   Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6.   Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
7.   Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.











BAB III
PENUTUP

3.1.            Kesimpulan

            Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk pengembangan secara terus menerus (continuousimprovement) terhadap jasa atau produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Sistem pengembangan secara terus menerus dan kepuasan pelanggan merupakan kalimat yang selalu ada dalam setiap definisi yang dikemukakan pakar terhadap MMT.
Karena itu, pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi komperhensip dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan produk yang dihasilkan. Masalah kualitas juga tidak lagi dimaknai dan dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada terwujudnya kepuasan konsumen atau pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor non fisik, semisal budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan faktor-faktor ini akan mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi lebih meningkat dan bermakna.
Mutu merupakan gagasan dinamis yang sulit untuk dapat disamakan. Di suatu sisi mutu data dipahami sebagai konsep absolut dan pada sisi lain dapat dipahami sebagai konsep yang bersifat relatif.
·         Mutu sebagai konsep absolut memungkinkan kepala sekolah untuk merumuskan standar maksimal, yang pada kenyataannya akan sulit untuk direalisasikan.
·         Mutu sebagai konsep relatif, Mutu pada kondisi sekarang belum tentu menjadi ukuran mutu dimasa yang akan  datang. Kepala sekolah harus bisa merancang kebutuhan masa depan dengan visi dan misi sekolah yang menantang. Untuk itu sekolah harus merumuskan program-programnya terlebih dahulu dengan kejelasan target yang akan dicapai.

Jim Clemer sebagaimana dikutip oleh Djamhuri (2001), merinci kendala dalam menerapkan Manajemen Mutu Terpadu di bidang pendidikan adalah:
Ø  Lemahnya kepemimpinan dan delegasi wewenang manajemen
Ø  Proses pengaturan yang tidak memadai
Ø  Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan
               Menurut Hadari Nawawi (2005 : 47), bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut :
1.   Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
2.   Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang.
3.   Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat
4.   Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab – sebabnya.
5.   Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6.   Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
7.   Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.
Menurut Deming, ada “tujuh penyakit yang mematikan” sebagai hambatan dalam peningkatan kualitas, empat yang paling mematikan yaitu:
1. Kurang konstannya tujuan, sehingga organisasi terhambat untuk mengadopsi kualitas
     sebagai manajemen;
2. adanya pemikiran jangka pendek;
3. adanya evaluasi individual yang hanya dilakukan melalui skala pertimbangan atau
     laporan tahunan; dan
4. adanya ‘Job Hope’ (mengharapkan jabatan).
Deming juga mengutarakan penyebab gagalnya kualitas dalam pendidikan disebabkan oleh bebrapa faktor, yaitu :
§  sumber-sumber pendidikan dalam sekolah ,
§  design kurikulum dalam sekolah,
§  gedung sekolah yang kurang terawat,
§  lingkungan kerja yang buruk,
§  system dan prosedur yang tidak sesuai,
§  penjadwalan yang tidak memadai,
§  kurangnya sumber-sumber yang penting dan
§  pengembangan staf yang tidak memadai.
Melalui evaluasi Manajemen Mutu terpadu yang dilakukan secara berkelanjutan memungkinkan diketahuinya secara akurat mengenai kondisi setiap komponen pendidikan di sekolah, meliputi guru, peserta didik, dan kepala sekolah, fasilitas sekolah, keberhasilan dan kendala sekolah serta komponen-komponen lainnya. Dengan keadaan demikian, keberhasilan dan kendala sekolah dalam menyelenggarakan program pendidikan secara berkala dapat diketahui dan digunakan sebagai umpan balik untuk melakukan penyempurnaan-penyempurnaan.

3.2.            Saran

            Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu dibutuhkan saran yang sifatnya membangun, guna kesempurnaan dalam penulisan makalah ini. Dalam makalah ini dapat kita pelajari bahwa sangat penting peran pemerintah dalam memperbaiki kinerja system pendidikan dalam suatu Negara untuk lebih baik lagi ke depannya.


















DAFTAR PUSTAKA

Widodo, Suparno Eko. 2011. Manajemen Mutu Pendidikan.Jakarta: Ardadizya Jaya.
Sudiyono. 2004. Manajemen Pendidikan Tinggi. Jakarta: Rineka Cipta.
Asian Development Bank, “Public Administration in the 21-st Century” (artikel di Internet)
- Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan Perencanaan Nasional & Departemen Dalam Negeri, 2002
- Buletin Informasi Program Kemitraan untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia, 2000
- Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). (1996). ‘Laporan Tahunan (Annual Report)’.Capital Market Fact Book. Jakarta.
- FCGI. (2000). Corporate Governance. Forum for Corporate Governance in Indonesia. Jakarta.
https://aqilakidd.files.wordpress.com/2012/04/manajemen-mutu-terpadu-dalam-bidang-pendidikan.docx.