Thursday 28 April 2016

makalah menyimak analisis novel




KATA PENGANTAR
         
     Puji  syukur  kami  ucapkan  kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah  ini. Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Bapak Drs. Tangson R. Pangaribuan mata kuliah menyimak yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk menyusun makalah ini sebagai tugas kelompok.

 Makalah yang berjudul “Teknik Peningkatan Menyimak” ini berisikan tentang Teknik Peningkatan Menyimak yang akan kami bahas secara lebih dalam. Karena selain kita perlu memahami dan mengerti apa  itu keterampilan menyimak, kita juga perlu mengetahui Teknik Peningkatan menyimak itu sendiri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.



Medan,  Oktber  2015

Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I.................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
A.    Latar Belakang........................................................................................................ 1
B.     Tujuan...................................................................................................................... 2
C.     Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................. 3
PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.    Teknik Peningkatan Menyimak............................................................................... 3
a.       Teknik Loci............................................................................................. 3
b.      Teknik Penggabungan............................................................................... 3
c.       Teknik Fonetik....................................................................................... 3
d.      Akronim dan Akrostik.................................................................... 4
e.       Teknik Pengelompokkan Kategorial................................................ 4
f.       Teknik Pemenggalan......................................................................... 4
BAB III.......................................................................................................... 5
SIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 5
A.    SIMPULAN............................................................................... 5
B.     SARAN.............................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 6




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Budi luhur dan ketabahan hati merupakan rangkaian sifat yang sangat terpuji. Apabila hal tersebut telah terpatri dalam diri kita, tentu takdir tuhan akan diterima dengan penuh keikhlasan. Demikian sifat gadis tapanuli yang mengaami bermacam-macam cobaan hidup, sebagai yang dilukiskan dalam buku ini. Kisah sedih semula dengan kematian ayahnya. Disaat itu kebahagiaannya, sebagai gadis remaja, terenggut secara tiba-tiba. Kemudian, disusul dengan kepergian sang kekasih ke kota Medan, hingga hancurlah segala cita-cita, yang telah terbina bersama sejak lama.
            Cobaan hidup, yang beruntun datang menimpa, membuat gadis itu dewasa dalam bertindak. Ia curahkan seluruh tenaga, membantu ibunya mencari nafkah unuk menutup kebutuhan hidup sehari-hari. Didikan yang ditanamkan ibunya sejak ia masih keil, ternyata memegang peranan utama dalam hal ini. Ia mampu menyesuaikan diri dalam suasana dan keadaan di sekitarnya.
Buku ini mengandung tuntunan yang baik dan berguna bagi remaja, yang biasanya gampang berputus asa jika tengah menghadapi suatu kegagalan. Karena pada umumnya mereka kurang menyadari bahwa belum berhasilnya seorang dalam mencapai cita-cita itu sebenarnya bahkan batu ujian dan cambuk untuk lebih berhasil meraihnya.
B.     Tujuan
1.      Untuk memaparkan sinopsis novel Azab dan Sengsara
2.      Untuk menjelaskan unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
3.      Untuk memaparkan keunggulan dan kelemahan novel

C.     Rumusan  Masalah
1.      Bagaimana sinopsis novel Azab dan Sengsara ?
2.      Apa sajakah yang terdapat di dalam unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam novel Azab dan Sengsara ?
3.      Apa saja keunggulan dan kelemahan yang dimiliki dalam novel ?









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sinopsis
Suatu keluarga mempunyai dua orang anak, seorang bernama Tohir (setelah dewasa bergelar Sutan Baringin), dan seorang lagi perempuan, adik Sutan Baringin yang kemudian menikah dengan Sutan di atas, seorang Kepala Kampung A dari Luhak Sipirok, dan mempunyai seorang anak tunggal laki-laki bernama Aminu'ddin. Ayah Sutan Baringin bersikap keras dalam mendidik sutan Baringin, sikap ini bertentangan dengan istrinya yang selalu memanjakan Sutan Baringin. Apapun yang diminta Sutan Baringin  selalu dipenuhi. Akibatnya, setelah dewasa ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang angkuh, bertabiat buruk, serta suka menghambur-hamburkan harta orang tuanya. Kedua orang tuanya menikahkan Sutan Baringin dengan Nuria, seorang wanita yang berbudi luhur pilihan ibunya. Namun, kebiasaan buruk Sutan Baringin tetap dilakukannya sekalipun ia telah berkeluarga. Ia tetap berfoya-foya menghabiskan harta benda kedua orang tuanya, bahkan ia sering berjudi dengan Marah Sait, sahabat karibnya. Ketika ayahnya meninggal, tabiat buruknya semakin menjadi-jadi. Bahkan ia tidak sungkan-sungkan untuk menghabiskan seluruh harta warisan untuk berjudi. Akibatnya, hanya dalam waktu sekejap saja, harta warisan yang diperolehnya terkuras habis. Ia pun jatuh miskin dan memiliki banyak utang.Dari perkawinannya dengan Nuria, Sutan Baringin mempunyai dua orang anak, yang satu adalah perempuan bernama Mariamin, sedangkan yang satunya lagi laki-laki. Mariamin sangat menderita akibat tingkah laku ayahnya. Ia selalu dihina oleh warga kampung, karena hidupnya sengsara, cinta kasih wanita yang berbudi luhur ini dengan Aminu’ddin pun mendapat halangandari kedua orang tua Aminu’ddin.
Persahabatan Aminudin dan Mariamin terjalin semenjak masa kanak-kanak. Menginjak remaja, hubungan keduanya beranjak menjadi hubungan percintaan. Aminu’ddin hendak mempersunting Mariamin. Ia mengutarakan niatnya pada kedua orang tuanya. Ibunya tidak keberatan, tersebab ayah Mariamin, Sutan Baringin, adalah kakak kandungnya. Namun, ayah Aminu’ddin, Baginda Diatas berpandangan berbeda. Mariamin tak layak untuk menikah dengan putranya.
Sebagai kepala kampung yang kaya dan disegani di daerah Sipirok ia merasa derajat sosialnya akan direndahkan apabila anaknya menikah dengan anak dari almarhum Sutan Baringin; bangsawan kaya raya yang jatuh miskin akibat boros dan serakah itu. Baginda Diatas menginginkan anaknya menikah dengan anak bangsawan kaya yang terhormat. Ia pun menyusun siasat untuk menggagalkan pernikahan Aminu’ddin dengan Mariamin dengan melibatkan seorang dukun.
Demikianlah, Baginda Diatas mengajak istrinya menemui dukun itu untuk meminta pertimbangan atas peruntungan anaknya kelak jika menikah dengan Mariamin. Dukun yang sebelumnya telah dibayar untuk menjalankan siasat Baginda Diatas itu meramalkan jika Aminu’ddin menikah dengan Mariamin maka hidupnya tidak akan bahagia. Istrinya pun termakan ramalan palsu itu. Mereka membatalkan niat untuk menikahkan anaknya dengan  Mariamin. Sebagai ganti, mereka meminang anak gadis dari keluarga kaya yang sederajat kebangsawanan dan kekayaannya dengan baginda Diatas. Aminu’ddin yang telah bekerja sebagai pegawai rendah di Medan begitu berbunga-bunga hatinya, ketika sebuah telegram dari ayahnya sampai kepadanya. Ayahnya menjanjikan akan mengantar calon istrinya ke medan. Namun, betapa kecewa ketika yang mendapati bahwa calon istri yang diantarkan oleh ayahnya itu bukanlah Mariamin. Sifat Kepatuhan kepada orang tua yang dimiliki Aminu’ddin membuat ia tiada mungkin menolak pernikahannya dengan gadis itu. Dengan hati luka, Aminu’ddin mengabari Mariamin melalui surat. Mariamin menerima surat itu dengan perasaan kecewa. Namun, apa boleh buat? Aminu’ddin telah memilih untuk menerima gadis yang dipilihkan oleh orang tuanya.
Satu tahun setelah peristiwa itu, ibunda Mariamin menjodohkan anaknya dengan Kasibun, lelaki yang tiada jelas benar asal usulnya. Kasibun mengaku bekerja sebagai kerani di Medan. Ibunya berharap, pernikahan anaknya dengan Kasibun akan mengurangi beban penderitaan mereka. Belakangan barulah diketahui Kasibun ternyata telah beristri, dan menceraikan istrinya itu sebab ingin menikahi Mariamin. Kasibun membawa Mariamin ke Medan. Namun, penderitaan yang diderita Mariamin tidak kian berkurang. Kasibun memiliki penyakit kelamin. Sebab itu Mariamin sering menghindar ketika diajaknya behubungan intim. Pertengkaran demi pertengkaran tak dapat lagi dihindarkan. Kasibun tak segan-segan main tangan kepada istrinya.
Suatu ketika, Aminuddin datang bertandang ke rumah Kasibun, dengan tiada disengaja berjumpa dengan Mariamin. Pertemuan yang sesungguhnya berlangsung secara wajar antara kekasih lama itu membangkitkan cemburu di hati Kasibun. Lelaki itu menghajar Mariamin sejadi-jadinya. Kesabaran Mariamin yang telah melampaui batas, membuat Mariamin melaporkan hal itu ke kantor polisi. Ia melaporkan segala keburukan yang telah dilakukan oleh suaminya pada polisi. Dan polisi pun kemudian memutuskan bahwa Kasibun harus membayar denda sekaligus memutuskan tali perkawinannya dengan Mariamin. Setelah resmi bercerai dengan Kasibun, dia kembali ke kampung halamannya dengan hati yang hancur. Kesengsaraan dan penderitaan batinserta fisiknya yang terus mendera dirinya menyebabkan ia mengalami penderitaan yang berkepanjangan hingga akhirnya ajal datang merenggut nyawanya.

B.     Unsur Intrinsik

1.      Tema               : Cinta yang terhalang adat
2.      Alur                 : Campuran
Pengenalan tokoh, di waktu senja, saat Aminu’ddin berpamitan pada Mariamin hendak pergi ke medan untuk mencari pekerjaan, kemudian menceritakan saat Mariamin dan Aminu’ddin masih kanak-kanak dan orang tua dan keduanya dari sejak menikah kemudian kembali menceritakan Aminu’ddin yang telah berada di medan dan memperoleh pekerjaan, selanjutnya Aminu’ddin menikah dengan gadis lain pilihan ayahnya, setelah dua tahun Mariamin pun menikah dengan orang yang tidak dikenalnya, pernikahannya tidak bahagia dan Mariamin pun bercerai dan kembali ke negerinya sampai ia meninggal dan dikubur di Sipirok kota kelahirannya.
3.      Latar
1)      Waktu             :  Pagi
   Siang
   Malam

2)      Tempat            :  Tepi Sungai
   Pesanggrahan
   Sawah
   Rumah

3)      Suana              : Menyedihkan
             Mengharukan
             Bahagia

4.      Tokoh
1)    Aminu’ddin
2)     Marimin
3)    Nuria
4)    Sutan Baringin
5)    Baginda Diatas
6)    Ibunda Aminu’ddin
7)    Marah Sait 
8)    Kasibun   

5.      Penokohan
1)      Aminu’ddin                     :   Baik hati, pengibah, senang membantu, rajin dan pandai
2)      Marimin                             : Baik hati, pemaaf, rajin, setia, berbakti kepada orang tua dan lemah lembut.

3)      Nuria                                 : Sabar, bijaksana, sayang kepada keluarganya, baik,
dan lemah lembut.          
                               
4)      Sutan Baringin                  : Pemarah, penjudi, suka berbicara kasar, suka berperkara dan tidak peduli.                                 
5)      Baginda Diatas                 : Sombong, mau menang sendiri, baik hati dan gengsi.

6)      Ibunda Aminu’ddin          : Baik hati, sayang pada keluarganya dan peduli pada
penderitaan saudaranya.


7)      Marah Sait                         :Jahat dan suka menghasut orang lain.
8)      Kasibun                             : Pemarah, pencemburu, suka memaksakan kehendak,  dan kasar.              

6.      Sudut pandang pengarang      : Sudut pandang orang ketiga(pengamat/penonton)

7.      Gaya Penulisan
Gaya Penulisan dalam Novel Azab dan Sengsara mempergunakan bahasa melayu dan juga banyak sekali mempergunakan majas khususnya majas metafora dan personifikasi yang memberikan kesan lebih indah didalam melukiskan suasana dalam novel tersebut.

8.      Amanat
1)      Sebagai anak yang berbakti, kita hendaknya menuruti kemauan orang tua kita selama kemauan itu adalah wajar.
2)      Hendaklah kita berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak, karena penyesalan datangnya belakangan.
3)      Bagaimana pun besarnya cobaan dan derita yang kita hadapi, janganlah kita lupa pada Allah SWT.
4)      Janganlah mencintai seseorang hanya karena harta, derajat dan kedudukan yang dimilikinya.
5)      Anak yang sudah cukup umur hendaklah disekolahkan atau diberi pendidikan.    
6)      Aturan-aturan dalam adat yang sudah tidak sesuai dengan adat yang dimiliki oleh masyarakat sekarang ini, baiknya dihilangkan daripada memberi kesulitan bagi seseorang. Seperti halnya dalam perjodohan.

C.     Unsur Ekstrinsik

1.      Nilai moral
1)      Aminu’ddin adalah seorang anak yang rajin dan penurut terhadap kemauan orang tuanya.
2)      Tali perkauman tidak akan putus meskipun itu terjalin antara si Kaya dan si Miskin.
2.       Nilai agama
1)      Nuria adalah seorang yang taat dan yakin kepada agama.
2)      Keyakinannya kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang member kekuatan baginya akan menerima nasibnya yang baik dan buruk.
3)      Kalau sekiranya ia tiada menaruh kepercayaan yang kuat kepada Allah SWT, tentulah ia akan melarat dan tentu iblis dapat mendayanya.




3.       Nilai kebudayaan
1)      Menurut kebiasaan orang Batak yang mendiami Tapanuli, ada dua nama yang dipakai oleh masing-masing pria. Satu nama diberikan sebelum kawin, dan satu nama setelah kawin yang disebut dengan gelar.
2)      Bagi orang Tapanuli, sebelum mereka menikahkan anaknya, terlebih dahulu mereka pergi ke dukun untuk menanyakan untung dan rugi daripada perkawinan anak mereka kelak.
3)      Dalam masyarakat Tapanuli, terdapat larangan untuk kawin dengan orang sesuku. Mereka tidak boleh ambil-mengambil dalam perkawinan, karena dilarang keras oleh adat.
4)      Apabila seorang laki-laki hendak menikahi seorang wanita, maka orang tuanya harus menjemput si gadis kemudian dibawa ke rumahnya.
5)      Menurut adat orang Batak, orang yang meminta maaf akan kesalahannya, harus harus membawa nasi ke rumah orang tempat ia meminta maaf itu, supaya langkahnya berat. Nasi itu biasanya dibungkus dengan daun pisang sehingga disebut dengan nasi bungkus.

4.       Nilai sosial
1)      Kalau kita dalam kekayaan, banyaklah kaum dan sahabat. Bila kita jatuh miskin, seorang pun tak ada lagi yang rapat, sedang kaum yang karib itu menjauhkan dirinya.
2)      Untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya, Nuria mengumpulkan kaum keluarganya serta para tetua di kampungnya untuk menasihati suaminya.
5.       Nilai pendidikan
1)      Setelah Mariamin berumur tujuh tahun, ia pun dimasukkan orang tuanya ke sekolah
2)      Meskipun ibu bapaknya orang kampung saja, tahu jugalah mereka itu, bahwa anak-anak perempuan pun harus juga di sekolahkan.

6.      Kepengarangan
Merari Siregar dilahirkan di Sipirok pada tanggal 13 Juli 1836, Sumatera Utara. Ia adalah seorang sastrawan Indonesia yang berasal dari Angkatan Balai Pustaka. Setelah meraih ijazah Handelscorrespondent Bond A di Jakarta, ia bekerja sebagai guru bantu di Medan, kemudian bekerja di Rumah Sakit Umum Jakarta, dan terakhir di Opium &  Zoutregie Kalianget, Madura. Selain Azab dan Sengasara, yang merupakan tonggak kesusastraan Indonesia, ia juga menulis cerita si Jamin dan si Johan yang merupakan saduran karya Jus vVan Maurik (1918).








D.    Kelebihan Buku

1)      Sebagaimana pengertian dari novel adat, novel Azab dan Sengsara benar-benar menceritakan tentang adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat Tapanuli.
2)      Di dalamnya terkandung berbagai tuntunan yang baik bagi para remaja yang biasanya berputus asa jika tengah menghadapi suatu kegagalan.
3)      Pegarang menggunakan istilah-istilah sehari-hari yang dipakai oleh masyarakat Tapanuli, sehingga pembaca dapat mengetahui bahasa di daerah Tapanuli.
4)      Pengarang mencantumkan pengertian dari istilah yang digunakan, sehingga pembaca dapat lebih mengerti.
5)      Pengarang menggunakan ungkapan yang sesuai dengan isi cerita, seperti jantung hati, sehingga menambah nilai kesusastraan dalam cerita.


E.     Kekurangan Buku

1)      Terdapat penulisan kata-kata yang tidak baku, misalnya:
            Merengkah      : merekah
            Laki                 : suami
            Bini                 : istri
            Pujuk               : buju

2)      Dalam novel Azab dan Sengsara, terdapat gaya penceritaan yang terlalu bertele-tele, bahkan seringkali melenceng dari pokok pembahasan yang sedang diceritakan.
3)      Terdapat penulisan kalimat yang strukturnya tidak baku, seperti Baiklah anakku dahulu makan.















BAB III
SIMPULAN DAN SARAN


A.    SIMPULAN
Kisah cinta abadi penuh duka antara Mariamin dan Aminuddin. Dua sejoli yang dipisahkan oleh harapan akan nasib baik di tanah rantau dan terhalangnya adat.



B.     SARAN
Novel Azab dan Sengsara sangat menarik untuk dibaca karena didalamnya terdapat nilai-nilai adat yang ada di daerah Tapanuli, terdapat tuntunan yang baik untuk remaja dan juga terdapat motivasi bagi remaja agar tidak putus asa dalam menghadapi masalah. Serta dapa tmengambil sisi positif dari kisah Mariamin yang sangat mengharukan. Jadi untuk remaja sebaiknya membaca novel ini karena bermanfaat bagi kita semua.


                                                                                                               





















DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algen Sindo.
Haryati, Nas. 2011. Apresiasi Prosa Indonesia. Semarang: UNNES PRESS.
Siregar, Merari. 1965. Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka.