KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini.
Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Bapak Drs. Tangson R. Pangaribuan
mata kuliah menyimak yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk menyusun
makalah ini sebagai tugas kelompok.
Makalah
yang berjudul “Teknik Peningkatan Menyimak” ini berisikan tentang Teknik Peningkatan Menyimak yang akan kami bahas secara lebih dalam. Karena selain kita perlu memahami dan mengerti apa itu keterampilan menyimak, kita juga perlu mengetahui
Teknik Peningkatan menyimak itu sendiri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Medan, Oktber
2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR
ISI...................................................................................................................... ii
BAB
I.................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
A.
Latar Belakang........................................................................................................ 1
B.
Tujuan...................................................................................................................... 2
C.
Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
BAB
II............................................................................................................. 3
PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.
Teknik Peningkatan Menyimak............................................................................... 3
a. Teknik
Loci............................................................................................. 3
b. Teknik
Penggabungan............................................................................... 3
c. Teknik
Fonetik....................................................................................... 3
d. Akronim
dan Akrostik.................................................................... 4
e. Teknik
Pengelompokkan Kategorial................................................ 4
f. Teknik
Pemenggalan......................................................................... 4
BAB
III.......................................................................................................... 5
SIMPULAN
DAN SARAN..................................................................... 5
A.
SIMPULAN............................................................................... 5
B.
SARAN.............................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 6
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Budi luhur dan ketabahan hati
merupakan rangkaian sifat yang sangat terpuji. Apabila hal tersebut telah
terpatri dalam diri kita, tentu takdir tuhan akan diterima dengan penuh
keikhlasan. Demikian sifat gadis tapanuli yang mengaami bermacam-macam cobaan
hidup, sebagai yang dilukiskan dalam buku ini. Kisah sedih semula dengan
kematian ayahnya. Disaat itu kebahagiaannya, sebagai gadis remaja, terenggut
secara tiba-tiba. Kemudian, disusul dengan kepergian sang kekasih ke kota Medan,
hingga hancurlah segala cita-cita, yang telah terbina bersama sejak lama.
Cobaan hidup, yang
beruntun datang menimpa, membuat gadis itu dewasa dalam bertindak. Ia curahkan
seluruh tenaga, membantu ibunya mencari nafkah unuk menutup kebutuhan hidup
sehari-hari. Didikan yang ditanamkan ibunya sejak ia masih keil, ternyata
memegang peranan utama dalam hal ini. Ia mampu menyesuaikan diri dalam suasana
dan keadaan di sekitarnya.
Buku ini mengandung tuntunan yang
baik dan berguna bagi remaja, yang biasanya gampang berputus asa jika tengah
menghadapi suatu kegagalan. Karena pada umumnya mereka kurang menyadari bahwa
belum berhasilnya seorang dalam mencapai cita-cita itu sebenarnya bahkan batu
ujian dan cambuk untuk lebih berhasil meraihnya.
B. Tujuan
1.
Untuk memaparkan sinopsis novel Azab dan Sengsara
2.
Untuk menjelaskan unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
3.
Untuk memaparkan keunggulan dan kelemahan novel
C. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sinopsis novel Azab dan Sengsara ?
2.
Apa sajakah yang terdapat di dalam unsur Intrinsik dan
Ekstrinsik dalam novel Azab dan Sengsara ?
3.
Apa saja keunggulan dan kelemahan yang dimiliki dalam
novel ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sinopsis
Suatu
keluarga mempunyai dua orang anak, seorang bernama Tohir (setelah dewasa
bergelar Sutan Baringin), dan seorang lagi perempuan, adik Sutan Baringin yang
kemudian menikah dengan Sutan di atas, seorang Kepala Kampung A dari Luhak
Sipirok, dan mempunyai seorang anak tunggal laki-laki bernama Aminu'ddin. Ayah Sutan Baringin bersikap keras dalam mendidik sutan Baringin,
sikap ini bertentangan dengan istrinya yang selalu memanjakan Sutan Baringin.
Apapun yang diminta Sutan Baringin selalu dipenuhi. Akibatnya, setelah
dewasa ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang angkuh, bertabiat buruk, serta
suka menghambur-hamburkan harta orang tuanya. Kedua orang tuanya menikahkan
Sutan Baringin dengan Nuria, seorang wanita yang berbudi luhur pilihan ibunya.
Namun, kebiasaan buruk Sutan Baringin tetap dilakukannya sekalipun ia telah
berkeluarga. Ia tetap berfoya-foya menghabiskan harta benda kedua orang tuanya,
bahkan ia sering berjudi dengan Marah Sait, sahabat karibnya. Ketika ayahnya
meninggal, tabiat buruknya semakin menjadi-jadi. Bahkan ia tidak
sungkan-sungkan untuk menghabiskan seluruh harta warisan untuk berjudi. Akibatnya,
hanya dalam waktu sekejap saja, harta warisan yang diperolehnya terkuras habis.
Ia pun jatuh miskin dan memiliki banyak utang.Dari perkawinannya dengan Nuria,
Sutan Baringin mempunyai dua orang anak, yang satu adalah perempuan bernama Mariamin, sedangkan yang satunya lagi
laki-laki. Mariamin sangat menderita akibat tingkah laku
ayahnya. Ia selalu dihina oleh warga kampung, karena hidupnya sengsara, cinta kasih wanita yang berbudi luhur ini dengan
Aminu’ddin pun mendapat halangandari kedua orang tua Aminu’ddin.
Persahabatan
Aminudin dan Mariamin terjalin semenjak masa kanak-kanak. Menginjak remaja,
hubungan keduanya beranjak menjadi hubungan percintaan. Aminu’ddin hendak
mempersunting Mariamin. Ia mengutarakan niatnya pada kedua orang tuanya. Ibunya
tidak keberatan, tersebab ayah Mariamin, Sutan Baringin, adalah kakak
kandungnya. Namun, ayah Aminu’ddin, Baginda Diatas berpandangan berbeda.
Mariamin tak layak untuk menikah dengan putranya.
Sebagai
kepala kampung yang kaya dan disegani di daerah Sipirok ia merasa derajat
sosialnya akan direndahkan apabila anaknya menikah dengan anak dari almarhum
Sutan Baringin; bangsawan kaya raya yang jatuh miskin akibat boros dan serakah
itu. Baginda Diatas menginginkan anaknya menikah dengan anak bangsawan kaya
yang terhormat. Ia pun menyusun siasat untuk menggagalkan pernikahan Aminu’ddin
dengan Mariamin dengan melibatkan seorang dukun.
Demikianlah,
Baginda Diatas mengajak istrinya menemui dukun itu untuk meminta pertimbangan
atas peruntungan anaknya kelak jika menikah dengan Mariamin. Dukun yang
sebelumnya telah dibayar untuk menjalankan siasat Baginda Diatas itu meramalkan
jika Aminu’ddin menikah dengan Mariamin maka hidupnya tidak akan bahagia.
Istrinya pun termakan ramalan palsu itu. Mereka membatalkan niat untuk menikahkan
anaknya dengan Mariamin. Sebagai ganti,
mereka meminang anak gadis dari keluarga kaya yang sederajat kebangsawanan dan
kekayaannya dengan baginda Diatas. Aminu’ddin yang telah bekerja
sebagai pegawai rendah di Medan begitu berbunga-bunga hatinya, ketika sebuah
telegram dari ayahnya sampai kepadanya. Ayahnya menjanjikan akan mengantar
calon istrinya ke medan. Namun, betapa kecewa ketika yang mendapati bahwa calon
istri yang diantarkan oleh ayahnya itu bukanlah Mariamin. Sifat Kepatuhan
kepada orang tua yang dimiliki Aminu’ddin membuat ia tiada mungkin menolak
pernikahannya dengan gadis itu. Dengan hati luka, Aminu’ddin mengabari Mariamin
melalui surat. Mariamin menerima surat itu dengan perasaan kecewa. Namun, apa
boleh buat? Aminu’ddin telah memilih untuk menerima gadis yang dipilihkan oleh
orang tuanya.
Satu
tahun setelah peristiwa itu, ibunda Mariamin menjodohkan anaknya dengan
Kasibun, lelaki yang tiada jelas benar asal usulnya. Kasibun mengaku bekerja
sebagai kerani di Medan. Ibunya berharap, pernikahan anaknya dengan Kasibun
akan mengurangi beban penderitaan mereka. Belakangan barulah diketahui Kasibun
ternyata telah beristri, dan menceraikan istrinya itu sebab ingin menikahi
Mariamin. Kasibun membawa Mariamin ke Medan. Namun, penderitaan yang
diderita Mariamin tidak kian berkurang. Kasibun memiliki penyakit kelamin.
Sebab itu Mariamin sering menghindar ketika diajaknya behubungan intim.
Pertengkaran demi pertengkaran tak dapat lagi dihindarkan. Kasibun tak
segan-segan main tangan kepada istrinya.
Suatu
ketika, Aminuddin datang bertandang ke rumah Kasibun, dengan tiada disengaja
berjumpa dengan Mariamin. Pertemuan yang sesungguhnya berlangsung secara wajar
antara kekasih lama itu membangkitkan cemburu di hati Kasibun. Lelaki itu
menghajar Mariamin sejadi-jadinya. Kesabaran Mariamin yang telah melampaui
batas, membuat Mariamin melaporkan hal itu ke kantor polisi. Ia melaporkan
segala keburukan yang telah dilakukan oleh suaminya pada polisi. Dan polisi pun
kemudian memutuskan bahwa Kasibun harus membayar denda sekaligus memutuskan
tali perkawinannya dengan Mariamin. Setelah resmi bercerai dengan
Kasibun, dia kembali ke kampung halamannya dengan hati yang hancur. Kesengsaraan dan penderitaan batinserta fisiknya yang terus mendera dirinya
menyebabkan ia mengalami penderitaan yang berkepanjangan hingga akhirnya ajal datang merenggut nyawanya.
B.
Unsur Intrinsik
1.
Tema :
Cinta yang terhalang adat
2.
Alur :
Campuran
Pengenalan tokoh, di waktu senja, saat Aminu’ddin
berpamitan pada Mariamin hendak pergi ke medan untuk mencari pekerjaan,
kemudian menceritakan saat Mariamin dan Aminu’ddin masih kanak-kanak dan orang
tua dan keduanya dari sejak menikah kemudian kembali menceritakan Aminu’ddin
yang telah berada di medan dan memperoleh pekerjaan, selanjutnya Aminu’ddin
menikah dengan gadis lain pilihan ayahnya, setelah dua tahun Mariamin pun
menikah dengan orang yang tidak dikenalnya, pernikahannya tidak bahagia dan
Mariamin pun bercerai dan kembali ke negerinya sampai ia meninggal dan dikubur
di Sipirok kota kelahirannya.
3.
Latar
1) Waktu :
Pagi
Siang
Malam
2) Tempat :
Tepi Sungai
Pesanggrahan
Sawah
Rumah
3) Suana : Menyedihkan
Mengharukan
Bahagia
4.
Tokoh
1)
Aminu’ddin
2)
Marimin
3)
Nuria
4)
Sutan Baringin
5)
Baginda Diatas
6)
Ibunda Aminu’ddin
7)
Marah Sait
8)
Kasibun
5.
Penokohan
1)
Aminu’ddin
:
Baik hati, pengibah, senang membantu, rajin dan pandai
2)
Marimin : Baik hati, pemaaf, rajin, setia, berbakti
kepada orang tua dan lemah lembut.
3)
Nuria : Sabar, bijaksana, sayang kepada keluarganya,
baik,
dan lemah
lembut.
4)
Sutan Baringin : Pemarah, penjudi, suka berbicara kasar, suka
berperkara dan tidak
peduli.
5)
Baginda Diatas :
Sombong, mau menang sendiri, baik hati dan gengsi.
6)
Ibunda Aminu’ddin :
Baik hati, sayang pada keluarganya dan peduli pada
penderitaan saudaranya.
7)
Marah
Sait :Jahat dan suka menghasut orang
lain.
8)
Kasibun : Pemarah,
pencemburu, suka memaksakan kehendak,
dan kasar.
6.
Sudut pandang pengarang : Sudut pandang orang ketiga(pengamat/penonton)
7.
Gaya Penulisan
Gaya Penulisan
dalam Novel Azab dan Sengsara mempergunakan bahasa melayu dan juga banyak
sekali mempergunakan majas khususnya majas metafora dan personifikasi yang
memberikan kesan lebih indah didalam melukiskan suasana dalam novel tersebut.
8.
Amanat
1)
Sebagai anak yang berbakti, kita hendaknya menuruti
kemauan orang tua kita selama kemauan itu adalah wajar.
2)
Hendaklah kita berpikir terlebih dahulu sebelum
bertindak, karena penyesalan datangnya belakangan.
3)
Bagaimana pun besarnya cobaan dan derita yang kita
hadapi, janganlah kita lupa pada Allah SWT.
4)
Janganlah mencintai seseorang hanya karena harta,
derajat dan kedudukan yang dimilikinya.
5)
Anak yang sudah cukup umur hendaklah disekolahkan atau
diberi pendidikan.
6)
Aturan-aturan dalam adat yang sudah tidak sesuai dengan
adat yang dimiliki oleh masyarakat sekarang ini, baiknya dihilangkan daripada
memberi kesulitan bagi seseorang. Seperti halnya dalam perjodohan.
C. Unsur
Ekstrinsik
1. Nilai moral
1)
Aminu’ddin adalah seorang anak yang rajin dan penurut
terhadap kemauan orang tuanya.
2)
Tali perkauman tidak akan putus meskipun itu terjalin
antara si Kaya dan si Miskin.
2. Nilai
agama
1)
Nuria adalah seorang yang taat dan yakin kepada agama.
2)
Keyakinannya kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang yang member kekuatan baginya akan menerima nasibnya yang baik dan
buruk.
3)
Kalau sekiranya ia tiada menaruh kepercayaan yang kuat
kepada Allah SWT, tentulah ia akan melarat dan tentu iblis dapat mendayanya.
3.
Nilai kebudayaan
1)
Menurut kebiasaan orang Batak yang mendiami Tapanuli,
ada dua nama yang dipakai oleh masing-masing pria. Satu nama diberikan sebelum
kawin, dan satu nama setelah kawin yang disebut dengan gelar.
2)
Bagi orang Tapanuli, sebelum mereka menikahkan
anaknya, terlebih dahulu mereka pergi ke dukun untuk menanyakan untung dan rugi
daripada perkawinan anak mereka kelak.
3)
Dalam masyarakat Tapanuli, terdapat larangan untuk
kawin dengan orang sesuku. Mereka tidak boleh ambil-mengambil dalam perkawinan,
karena dilarang keras oleh adat.
4)
Apabila seorang laki-laki hendak menikahi seorang
wanita, maka orang tuanya harus menjemput si gadis kemudian dibawa ke rumahnya.
5)
Menurut adat orang Batak, orang yang meminta maaf akan
kesalahannya, harus harus membawa nasi ke rumah orang tempat ia meminta maaf
itu, supaya langkahnya berat. Nasi itu biasanya dibungkus dengan daun pisang
sehingga disebut dengan nasi bungkus.
4. Nilai
sosial
1)
Kalau kita dalam kekayaan, banyaklah kaum dan sahabat.
Bila kita jatuh miskin, seorang pun tak ada lagi yang rapat, sedang kaum yang
karib itu menjauhkan dirinya.
2)
Untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya, Nuria
mengumpulkan kaum keluarganya serta para tetua di kampungnya untuk menasihati
suaminya.
5. Nilai
pendidikan
1)
Setelah Mariamin berumur tujuh tahun, ia pun dimasukkan
orang tuanya ke sekolah
2)
Meskipun ibu bapaknya orang kampung saja, tahu jugalah
mereka itu, bahwa anak-anak perempuan pun harus juga di sekolahkan.
6.
Kepengarangan
Merari Siregar
dilahirkan di Sipirok pada tanggal 13 Juli 1836, Sumatera Utara. Ia adalah
seorang sastrawan Indonesia yang berasal dari Angkatan Balai Pustaka. Setelah
meraih ijazah Handelscorrespondent Bond A di
Jakarta, ia bekerja sebagai guru bantu di Medan, kemudian bekerja di Rumah
Sakit Umum Jakarta, dan terakhir di Opium & Zoutregie Kalianget, Madura. Selain Azab dan
Sengasara, yang merupakan tonggak kesusastraan Indonesia, ia juga menulis
cerita si Jamin dan si Johan yang merupakan saduran karya Jus vVan Maurik
(1918).
D.
Kelebihan Buku
1)
Sebagaimana pengertian dari novel adat, novel Azab dan
Sengsara benar-benar menceritakan tentang adat istiadat yang dimiliki oleh
masyarakat Tapanuli.
2)
Di dalamnya terkandung berbagai tuntunan yang baik
bagi para remaja yang biasanya berputus asa jika tengah menghadapi suatu
kegagalan.
3)
Pegarang menggunakan istilah-istilah sehari-hari yang
dipakai oleh masyarakat Tapanuli, sehingga pembaca dapat mengetahui bahasa di
daerah Tapanuli.
4)
Pengarang mencantumkan pengertian dari istilah yang
digunakan, sehingga pembaca dapat lebih mengerti.
5)
Pengarang menggunakan ungkapan yang sesuai dengan isi
cerita, seperti jantung hati, sehingga menambah nilai kesusastraan dalam cerita.
E. Kekurangan
Buku
1) Terdapat
penulisan kata-kata yang tidak baku, misalnya:
Merengkah :
merekah
Laki :
suami
Bini :
istri
Pujuk :
buju
2) Dalam novel
Azab dan Sengsara, terdapat gaya penceritaan yang terlalu bertele-tele, bahkan
seringkali melenceng dari pokok pembahasan yang sedang diceritakan.
3) Terdapat
penulisan kalimat yang strukturnya tidak baku, seperti Baiklah anakku
dahulu makan.
BAB III
SIMPULAN DAN
SARAN
A.
SIMPULAN
Kisah cinta
abadi penuh duka antara Mariamin dan Aminuddin. Dua sejoli yang dipisahkan oleh
harapan akan nasib baik di tanah rantau dan terhalangnya adat.
B.
SARAN
Novel Azab dan
Sengsara sangat menarik untuk dibaca karena didalamnya terdapat nilai-nilai
adat yang ada di daerah Tapanuli, terdapat tuntunan yang baik untuk remaja dan
juga terdapat motivasi bagi remaja agar tidak putus asa dalam menghadapi
masalah. Serta dapa tmengambil sisi positif dari kisah Mariamin yang sangat
mengharukan. Jadi untuk remaja sebaiknya membaca novel ini karena bermanfaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi
Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algen Sindo.
Haryati, Nas. 2011. Apresiasi
Prosa Indonesia. Semarang: UNNES PRESS.
Siregar, Merari. 1965. Azab dan
Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka.